Selasa, 23 Juni 2009

Kisah-Kisah zaman Nabi Muhammad SAW.

Carilah Sebuah Kalung Untukmu ! Ia Akan Menjadi Saksi Bagimu

Saat pendudukan Khaibar, jumlah wanita yang ikut sekitar dua puluh orang. Di antara mereka ada seorang gadis kecil. Nabi saw. Berkata padanya, “Kemari. Naiklah di belakangku!” (Jaraknya kira-kira 20 km). Diceritakan bahwa saat Nabi saw. ingin istirahat, beliau turun dari atas untanya lalu menderumkannya seraya berkata, “Ulurkan tanganmu!” Beliau pun menurunkan gadis tersebut. Gadis itu kemudian bercerita, “Ketika perang telah usai dan kaum muslimin mendapat kemenangan, aku melihat Rasul saw. sedang membagikan barang rampasan perang. Beliau melihat kepada orang-orang dan melihatku. Maka, beliau memanggilku, “Kemari !” Aku segera mendatanginya. Lalu beliau mengeluarkan sebuah kalung dan berkata, “Pakailah !” Sebetulnya aku hendak mengambilnya dari Nabi saw. untuk kupakai sendiri. Namun, beliau menolak, “Tidak, biar aku yang memakaikan.” Gadis itu melanjutkan, “Beliau mengalungkan sendiri di leherku. Dan sejak saat itu, demi Allah, kalung tersebut tidak pernah terpisah dari leherku. Bahkan aku telah berpesan agar ia ikut dikubur bersamaku sehingga pada hari kiamat nanti aku bisa menemui beliau dan berkata, “Kalung itu, ya Rasulullah.”

Tampaknya engkau mengeluarkan air mata karena terharu. Namun, perhatikan sikap tawaduk yang diperlihatkan Nabi saw. dalam bergaul dengan manusia bahkan dengan semua manusia. Carilah sebuah kalung untukmu ! Lalu pada hari kiamat nanti engkau bisa menemui Rasulullah seraya berkata, “Ya Rasulullah, semenjak mendengarnya, alhamdulillah aku menjadi orang yang tawaduk.”



Demi Allah, Sungguh Menakjubkan ! (Kisah Abdullah ibn Jahsy)

Sebelum Perang Uhud berlangsung, setiap sahabat berdoa kepada Allah dengan beragam doa. Namun yang menakjubkan adalah doa Abdullah ibn Jahsy. Ia berdoa, “Ya Allah, aku meminta kepada-Mu agar esok ada salah satu pasukan kafir yang betul-betul kuat. Aku dan dia saling bertarung hingga aku bisa membunuhnya. Lalu Kau berikan padaku salah satu pasukan kafir yang betul-betul kuat, yang aku dan dia saing bertarung hingga aku bisa membunuhnya. Kemudian Kau berikan lagi padaku salah satu pasukan kafir yang betul-betul kuat, yang aku dan dia saling bertarung hingga ia membunuhku, merobek perutku, memutuskan telingaku, dan memotong hidungku. Dengan begitu, aku akan menemui-Mu pada hari kiamat dalam kondisi demikian. Dan ketika Engkau bertanya padaku, ‘Mengapa hal ini bisa terjadi padamu, wahai Abdullah?’ Akan kujawab, ‘Demi Engkau, wahai Tuhan.’ Sehingga Dia pun berkata, ‘Engkau telah jujur.”

Demi Allah, ini adalah ungkapan yang menggugah kalbu. Ya Allah, berikan pada kami kejujuran dan keyakinan semacam itu. Ya Allah, kabulkan !.

Yang lebih menakjubkan lagi adalah apa yang diucapkan oleh Sa’d ibn Abi Waqqash. Ia bercerita, “Aku terus mencarinya (Abdullah). Demi Allah, aku melihat sesuatu yang menakjubkan. Kulihat perutnya robek, telinganya putus hidungnya terpotong, dan disampingnya ada dua orang kafir yang terbunuh.”

Keringkan air matamu. Berterima kasihlah kepada Allah yang telah memberikan perasaan tersebut. Ketahuilah, jika engkau jujur kepada Allah, pasti Dia memberimu. Lalu, apa yang kau inginkan sekarang ?


Inilah Bentuk Cinta Sawad kepada Nabi Saw.

Di saat perang Uhud, Sawad ibn Ghaziyyah berdiri di tengah-tengah pasukan. Posturnya agak gemuk. Nabi saw. Kemudian berkata kepada pasukan, “Lurus … lurus …!” Nabi melihat Sawad dalam kondisi tidak lurus. Maka, Nabi saw. Berkata, “Lurus, wahai Sawad!” Sawad menjawab, “Ya, wahai Rasulullah”. Ia berdiri namun tetap tidak lurus. Selanjutnya Nabi menghampiri Sawad dengan membawa siwak dan menusuk perut Sawad (ini terjadi di saat perang) seraya berkata, “Lurus, wahai Sawad!” Sawad menjawab, “Sakit, ya Rasulullah. Demi Zat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, berikan kesempatan padaku membalasmu!”. Maka, Nabi saw. Membuka baju sehingga perutnya yang mulia terlihat. Lalu beliau berkata, “Silahkan menuntut balas, wahai Sawad!”. Segara saja Sawad mendekap perut Nabi saw dan menciuminya. Ia berkata, “Wahai Rasulullah. Apa yang kaulihat (perang) telah tiba dan bisa saja aku terbunuh. Maka, di saat akhir perjumpaanku denganmu aku ingin kulitku bersentuhan dengan kulitmu.” Mendengar hal tersebut, Rasulullah mendoakan kebaikan untuknya.